Suku Aru di Maluku Tenggara
Wilayah
Suku Aru merupakan Suku bangsa yang mendiami wilayah kepulauan Aru di Maluku Tenggara. Kepulauan yang dikaruniai kekayaan potensi sumber daya alam dan juga budaya ini terletak di Dangkalan Sahul berdampingan dengan Papua dan Benua Australia, yang terdiri dari lima pulau besar dikelilingi oleh 182 pulau kecil dengan total luas 8.563 km².
Sejarah
Suku Aru |
Budaya
1. Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat Aru yang tinggal di daerah pesisir hidup sebagai seorang nelayan. Sebagian lainnya melakukan budidaya rumput laut, berternak kerang mutiara, dan hanya sebagian kecil dari masyarakat suku Aru yang hidup sebagai petani serta peramu sagu. Makanan khas dari orang Aru yang terkenal adalah umbi-umbian dan makanan olahan dari sagu.
2. Bahasa
Keberagaman jumlah suku dari suku Aru juga berpengaruh terhadap kebudayaan suku Aru contohnya dalam hal bahasa. Suku Aru tercatat memiliki beberapa bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi mereka; Bahasa Barakai, bahasa Batuley, bahasa Karey, bahasa Koba, bahasa Kompane, bahasa Lola, bahasa Larong, bahasa Manombai, bahasa Mariri, bahasa Tarangan, dan bahasa Ujir.
3. Tambaroro
Sama halnya dengan kebudayaan Suku Asmat di Papua yang memiliki ritual adat tersendiri, suku Aru juga memiliki salah satu seni pertunjukan dan ritual upacara ada yang paling dikenal dari suku Aru yakni Tambaroro. Kesenian adat tambaroro merupakan sebuah seni pertunjukan yang didalamnya berisikan nyanyian, tarian, dan bermain alat musik. Kegiatan ini biasanya dilangsungkan untuk acara penyambutan tamu, peresmian acara adat dan belang (perahu adat), dan acara ritual adat lainnya.
Kesenian adat tambaroro ini akan dilaksanakan selama tiga malam berturut-turut. Masyarakat desa longgar dan hampir di desa-desa adat suku Aru lainnya, selalu membuat sebuah tempat khusus yang diperuntukkan untuk mengelar acara Tambaroro yang disebut senalar. Senalar terdiri dari 5 susunan kayu yang dibuat memanjang sebagai tempat duduk bagi para pemain musik dan penyanyi. Dalam prosesnya, para lelaki dan perempuan akan menari dan bernyanyi serta diiringi oleh alunan musik traditional. Penari wanita akan mengenakan baju putih dengan membawa sapu tangan dan akan mengeluarkan suara melengking untuk mengiringi lagu dan tarian.
4. Lagu Adat
Sebagai pengiring dalam upacara atau ritual adat tambaroro akan ada beberapa lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi disesuaikan dengan kebutuhan acara. Secara umum lagu adat dalam acara tambaroro ada 3 yakni lagu saba, lagu bela, dan lagu rora.
- Lagu saba merupakan lagu sejarah yang liriknya menceritakan sebuah peristiwa sejarah tertentu dan akan dinyanyikan pada acara buka sasi, penurunan belang, dan upacara panas pela.
- Lagu bela merupakan lagu yang syairnya melantunkan cerita leluhur yang menceritakan tentang tanda tanda alam yang ada di laut maupun di darat dan akan dinyanyikan pada acara upacara adat penggantian kayu pamali, penentuan waktu melaut, dan bercocok tanam.
- Lagu rora merupakan lagu yang berisikan ucapan rasa syukur kepada pencipta dan leluhur serta dinyanyikan pada acara pernikahan dan selamatan.
5. Tari Cakalele
Selain tambaroro, kebudayaan suku aru dalam bidang kesenian lainnya adalah tari cakalele yang merupakan salah satu tarian traditional Indonesia. Tari cakalele ini merupakan tarian perang sehingga para penari prianya akan membawa parang pada tangan kanan dan tameng pada tangan kiri. Sebagai tarian besar dari masyarakat Maluku, tari cakalele ini mengandung banyak makna didalamnya. Warna merah dari baju penari pria melambangkan sikap kepahlawanan dan keberanian masyarakat Aru untuk melawan penjajah dengan perang. Parang sebagai tanda harga diri dan martabat, sedangkan tameng sebagai tanda protes agar masyarakat Aru diperlakukan dengan adil.
Tari Cakalele |
Posting Komentar untuk "Suku Aru di Maluku Tenggara"